Huff... betapa panasnya jakarta siang ini. Membuatku ingin
membuka baju untuk menghilangkan hawa panas. Tapi setelah kumelihat pakaianku
yang sobek sana sini, sama aja ama telanjang. kuurungkan niatku.
"Yang kubutuhkan adalah berteduh" pikirku.
Hmhhhh betapa sejuknya berteduh di sebuah pohon rindang di tepi tratoar walaupun sinar matahari tetap menerobos melalui dedaunan.
Banyak manusia2 lalu lalang didepanku... tapi tak satupun menoleh apalagi memberi senyuman.
"Sombong kali kalian, kalian pikir aku sampah............" aku terdiam sejenak....
Ya, sampah, aku memang sampah diantara orang2 yang berpakaian trendi dan wangi, rumahku adalah sampah diantara tingginya bangunan yang menjulang, pekerjaanku adalah sampah diantara orang2 kantoran...
Ya... aku hanyalah seorang tukang sampah, yang hanya ditemani sebuah gerobak reot... itupun kubuat dari sampah2.
"Persetan kalian"
Umpatku di dalam hati melihat satu dua orang menutup hidungnya... tak tahan dengan bau sampah.
"Gaya kali kalian tutup hidung, padahal itu sampah kalian, kondom kalian, pembalut kalian! "
Ya sudahlah, lebih baik kulanjutkan perjalananku menuju rezki berikutnya, tempat sampah berikutnya.
Dalam langkahku, kucoba memperhatikan irama ibukota.
Ahhhhhh... cantiknya kalian wahai gadis2 yang baru mekar... andaikan anakku yang pria mendapat pacar seperti kalian, mungkin ia tidak malu lagi dengan teman2nya.
Ahhhh... betapa riangnya anak2 muda dengan pakaian yang tak pernah ketinggalam zaman, menenteng belekberi, andai anak wanitaku seperti itu... mungkin ia akan tersenyum padaku.
Ahhhhh... ibu2 yang membawa mobil sendiri, dibadannya yang tak lekang dimakan usia bergantungan bermacam perhiasan... andai istriku seperti itu, mungkin akan makin sayang ia padaku
Ahhhh... bapak2 kantoran, memakai sopir... andai saja itu aku....
"** Persetan dengan dunia!! !!! Kenapa aku miskin beginiiiiii !!!!"
Jadi malas aku pulang ke rumah, muak dengan kemiskinan ini. Aku iri.
Malam hari
"Yang kubutuhkan adalah berteduh" pikirku.
Hmhhhh betapa sejuknya berteduh di sebuah pohon rindang di tepi tratoar walaupun sinar matahari tetap menerobos melalui dedaunan.
Banyak manusia2 lalu lalang didepanku... tapi tak satupun menoleh apalagi memberi senyuman.
"Sombong kali kalian, kalian pikir aku sampah............" aku terdiam sejenak....
Ya, sampah, aku memang sampah diantara orang2 yang berpakaian trendi dan wangi, rumahku adalah sampah diantara tingginya bangunan yang menjulang, pekerjaanku adalah sampah diantara orang2 kantoran...
Ya... aku hanyalah seorang tukang sampah, yang hanya ditemani sebuah gerobak reot... itupun kubuat dari sampah2.
"Persetan kalian"
Umpatku di dalam hati melihat satu dua orang menutup hidungnya... tak tahan dengan bau sampah.
"Gaya kali kalian tutup hidung, padahal itu sampah kalian, kondom kalian, pembalut kalian! "
Ya sudahlah, lebih baik kulanjutkan perjalananku menuju rezki berikutnya, tempat sampah berikutnya.
Dalam langkahku, kucoba memperhatikan irama ibukota.
Ahhhhhh... cantiknya kalian wahai gadis2 yang baru mekar... andaikan anakku yang pria mendapat pacar seperti kalian, mungkin ia tidak malu lagi dengan teman2nya.
Ahhhh... betapa riangnya anak2 muda dengan pakaian yang tak pernah ketinggalam zaman, menenteng belekberi, andai anak wanitaku seperti itu... mungkin ia akan tersenyum padaku.
Ahhhhh... ibu2 yang membawa mobil sendiri, dibadannya yang tak lekang dimakan usia bergantungan bermacam perhiasan... andai istriku seperti itu, mungkin akan makin sayang ia padaku
Ahhhh... bapak2 kantoran, memakai sopir... andai saja itu aku....
"** Persetan dengan dunia!! !!! Kenapa aku miskin beginiiiiii !!!!"
Jadi malas aku pulang ke rumah, muak dengan kemiskinan ini. Aku iri.
Malam hari
Hari berangsur malam.... perlahan ibukota membuka tabir
dunia malamnya... kumelihat gerobak sampahku yang tidak penuh seperti hari
biasanya.
nasibbbb nasibbbb.
Hmmmm.... tak ada salahnya aku juga ikut menikmati dunia malam kan, walau dengan caraku sendiri. Hehehe.
Duduk di pinggir tratoar, dengan sebatang rokok di bibirku... mataku mulai melihat gaya malam ibukota....
Hmmm... pemuda2 seumuran anak lelakiku mulai berkumpul dengan kendaraan2 mahal mereka. Aku tersenyum, andai itu anakku.
Tapi senyumku hilang disaat kumelihat mereka mengeluarkan minuman keras, disaat kumendengar cerita bangga mereka yg telah berhasil merenggut keperawanan pasangannya. Kucoba mengalihkan pandangan.
Hmmm... kulihat para wanita remaja seusia anak perempuanku... tertawa riang di pusat2 perbelanjaan. Aku tersenyum, andai disana ada anak gadisku. Tapi senyumku hilang melihat pakaian mereka yang seakan2 kekurangan uang untuk menutup aurat mereka. Dan disaat bapak2 gendut botak merayu mereka, dibalas dengan senyum genit mengundang. Kucoba mengalihkan pandangan.
Hmmm... kulihat ibu2 seumuran istriku berkumpul dengan rekan2nya.. masing2 membawa anak lelaki remaja mereka.... tapi... kenapa ibu dan anak sangat mesra... ciuman.. pelukan... apakah benar anak mereka? Atau, inikah yang namanya tante girang?
Akupun melihat pria berumur tua di atas mobil sedang bercumbu dengan anak gadis seusia anak mereka...
Aku bergidik... air mataku perlahan jatuh.......
Akupun berdiri untuk membereskan pekerjaanku, dan ingin langsung pulang.
Tak sabar rasanya aku pulang, yang akan disambut oleh senyuman istriku yang mulai keriput kulitnya, dan disuguhi sepiring gorengan segelas kopi, sambil mendengarkan senandung anak2ku yang sedang mengaji...
Aku tak sabar segera pulang... menjemput kebahagiaan itu
nasibbbb nasibbbb.
Hmmmm.... tak ada salahnya aku juga ikut menikmati dunia malam kan, walau dengan caraku sendiri. Hehehe.
Duduk di pinggir tratoar, dengan sebatang rokok di bibirku... mataku mulai melihat gaya malam ibukota....
Hmmm... pemuda2 seumuran anak lelakiku mulai berkumpul dengan kendaraan2 mahal mereka. Aku tersenyum, andai itu anakku.
Tapi senyumku hilang disaat kumelihat mereka mengeluarkan minuman keras, disaat kumendengar cerita bangga mereka yg telah berhasil merenggut keperawanan pasangannya. Kucoba mengalihkan pandangan.
Hmmm... kulihat para wanita remaja seusia anak perempuanku... tertawa riang di pusat2 perbelanjaan. Aku tersenyum, andai disana ada anak gadisku. Tapi senyumku hilang melihat pakaian mereka yang seakan2 kekurangan uang untuk menutup aurat mereka. Dan disaat bapak2 gendut botak merayu mereka, dibalas dengan senyum genit mengundang. Kucoba mengalihkan pandangan.
Hmmm... kulihat ibu2 seumuran istriku berkumpul dengan rekan2nya.. masing2 membawa anak lelaki remaja mereka.... tapi... kenapa ibu dan anak sangat mesra... ciuman.. pelukan... apakah benar anak mereka? Atau, inikah yang namanya tante girang?
Akupun melihat pria berumur tua di atas mobil sedang bercumbu dengan anak gadis seusia anak mereka...
Aku bergidik... air mataku perlahan jatuh.......
Akupun berdiri untuk membereskan pekerjaanku, dan ingin langsung pulang.
Tak sabar rasanya aku pulang, yang akan disambut oleh senyuman istriku yang mulai keriput kulitnya, dan disuguhi sepiring gorengan segelas kopi, sambil mendengarkan senandung anak2ku yang sedang mengaji...
Aku tak sabar segera pulang... menjemput kebahagiaan itu